Restorasi Ekosistem untuk Pelestarian Satwa Liar

Pemanfaatan Drone untuk Kegiatan Restorasi

Saat ini restorasi sedang menjadi tren dan drone menjadi salah satu teknologi untuk melihat spesies di hutan. Drone bisa digunakan untuk identifikasi jenis pohon, keasaman tanah, kelembaban, kepadatan tanah, dan lain-lain. Hal-hal tersebut sangat bermanfaat untuk restorasi. Salah satu aspek penting dalam pemanfaatan drone untuk restorasi adalah untuk melihat kesehatan tanah. Di hutan tropis, kiita perlu tau apa yang ada di tanahnya. Biji-bijian dimasukkan ke drone, lalu drone tersebut akan menurunkan biji-bijian tersebut di lokasi restorasi.

Drone bisa dimanfaatkan dengan menggunakan proses teknis dan software. Seed enhancement technology atau teknologi persiapan biji-bijian menjadi faktor yang penting karena perlu ketersediaan biji-bijian. Biji-bijian akan dimasukkan ke seedpod yang sudah ditambah nutrien, material yang dibutuhkan. Seedballs sangat kompleks karena kita perlu melihat interaksi antara biji-bijian dan interaksinya dengan lingkungan tersbeut. Ini merupakan suatu proses panjang yang kami lakukan dalam model kami adalah membuat warehouse untuk mesin biji-bijian dan pembenihan.

Lingkungan yang terbaik diperhatikan agar biji tersebut bisa tumbuh. Oleh karena itu, dilakukan kerja sama dengan berbagai ekspert tanah dan ekologi hutan. Kerjasama dengan Belantara Foundation dilakukan untuk mencoba melakukan ini di Indonesia. Perkiraan biaya yang dibutuhkan untuk menggunakan drone juga dibuat dalam restorasi, yang bisa diminta datanya melalui Belantara Foundation. Saat ini, drone dapat digunakan untuk scale up kegiatan restorasi.

Drone terbang selama 6 km/jam, drone tersebut bisa mengeluarkan satu seedpod atau yang disebut kantung biji-bijian per meter. Satu drone bisa mengeluarkan 1200 seedpod per jam. Apabila digunakan banyak drone, maka akan bisa lebih banyak biji yang ditanam di area restorasi. Kira-kira bisa dimasukkan 2,000 seedpod per hektar. Saat ini kita berencana untuk menjatuhkan 2,000 seedpod per hektar. Apabila drone yang dimiliki berjumlah 20, maka bisa ditanam 12 hektar dalam satu jam. Dalam 1 tahun, kita bisa mencapai 25,000 seedball per hektar.

Saat ini kita kehilangan 40 juta pohon per hari, untuk mengatasi hal tersebut kita bisa menanam dalam waktu cepat dengan menggunakan teknologi drone. Kami sangat bersemangat menggunakan teknologi ini. Kita menggunakan eco-balls, yaitu bola yang berisi biji-bijian dari jenis pohon hutan. Kita bisa menggunakan spesies dominan tetapi juga jenis-jenis lainnya karena kita ingin merestorasi seluruh ekosistem. Sangat penting kita bisa melakukan ini untuk mengatasi kekeringan di dunia, perubahan iklim, dan lain-lain. Pohon adalah hal penting bagi ekosistem. Metode ini dimulai dengan pertama dengan cara mengambil data peta lingkungan dengan drone.

Pemetaan dengan drone tersebut bukan hanya bisa digunakan untuk melihat faktor lingkungan tetapi juga bisa digunakan pasca penanaman. Misalnya untuk melihat presentasi keberhasilan regenerasi pohon, berapa yang mati dan tumbuh. Oleh karena itu, kita bisa mendapatkan data yang bagus pra dan pasca penanaman. Teknologi ini adalah teknologi yang relatif baru, sehingga banyak paper baru tentang program ini. Kita juga perlu informasi tentang jamur-jamuran, mikrobio di seed balls, nutrisi yang dibutuhkan, dll. Di dalam seedballs ada jamur, mikrobio, hidrogel dan lain-lain untuk memastikan biji bisa tumbuh. Ini lebih efektif dan bisa lebih cepat untuk restorasi skala besar.

 

Pendanaan Berkelanjutan untuk Restorasi Ekosistem dan Pelestarian Satwa Liar

Melalui Peraturan Menteri Kehutanan No. P. 48 /2014, telah diatur pemulihan ekosistem pada Kawasan konservasi (KSA dan KPA). Saat ini sejumlah data menunjukkan satwa liar khususnya yang dilindungi terdapat juga di luar kawasan konservasi. Diperlukan upaya melindungi habitat satwa tersebut, seperti di beberapa Kawasan ekosistem essensial: area yang memiliki tingkat kehati tinggi, taman kehati, lahan basah, sungai, danau, dan bentang alam yang memiliki kekhususan geomorfologi.

Beberapa program Tropical Forest Conservation Act Kalimantan:

1. Lahan basah Mesangat Suwi (LBMS)

Terletak di Kebupaten Kutai Timur-Kaltim dan bermitra dengan Yayasan Konservasi Khatulistiwa Indonesia-Yayasan Ulin (Samarinda-Kaltim) Adapun tujuan program yaitu menguatkan pengelolaan ekosistem essensial LBMS untuk pelestarian satwa liar Buaya Siam (Crocodylus siamensis), Bekantan (Nasalis larvatus), Bangau Storm (Ciconia stormi) serta sumber daya perikanan setempat. Kegiatan pada program ini meliputi pembentukan dan penguatan Forum KEE, penyusunan rencana aksi perlindungan LBMS, peningkatan kapasitas para pihak, dan survey kawasan untuk data dan informasi kehati kawasan. Untuk tantangan berupa optimalisasi peran para pihak dan status kawasan untuk integrasi KEE LBMS ke dalam tata ruang daerahserta pendanaan lanjutan.

2. Pelestarian Pesut Mahakam

Berlokasi di Kabupaten Kutai kartanegara-Kaltim dan bermitra dengan Yayasan Konservasi RASI (Rare Aquatic Species of Indonesia). Tujuan program ini adalah umtuk melestarikan populasi Pesut Mahakam (Orcaella brevirostris). Kegiatannya meliputi survei populasi, patroli lapangan, pemasangan acoustic pinger untuk menghindari pesut terjerat pada jaring nelayan, mendukung kegiatan ekonomi nelayan, dan mengusulkan mawasan lindung perairan habitat Pesut. Tantangan pada program ini yaitu proses usulan kawasan lindung perairan habitat pesut serta integrasinya kedalam tata ruang Kaltim. RASI telah mendapatkan dukungan pendanaan untuk terus melanjutkan kegiatannya.

3. Pembinaan habitat dan Konservasi Arwana

Berlokasi di Kabupaten Kapuas Hulu-Kalbar dan bermitra dengan Kelompok Pengawas Masyarakat (POKWASMAS) Danau Lindung Empangau. Tujuan dari program ini yaitu melestarikan Arwana Super Red (Scleropages formosus). Kegiatannya sendiri meliputi pembentukan kelompok pengelola pariwisata danau, penguatan aturan pemanfaatan sumber daya perikanan serta kearifan lokal terkait pengelolaan dan perlindungan danau yang berdampak padapelestarian Arwana, penguatan kapasitas pengembangan ekowisata, dan revitalisasi sarpras wisata. Tantangan untuk kegiatan ini yaitu pengembangan ekowisata untuk wujudkan mekanisme imbal jasa lingkungan.

Untuk melanjutkan upaya konservasi kehati, terdapat beberapa skema pendanaan lanjutan, antara lain:

-            Pendanaan pemerintah (pusat/daerah), dana desa, dll

-            DNS (debt for Nature swaps): adanya kesepakatan antar negara (jumlah dana, mekanisme,

-            program, dll); DNS Jerman, TFCA

-            Imbal jasa Lingkungan: imbal yang diberikan oleh pemanfaat kepada penyedia jasa lingkungan

-            Pendanaan karbon

-            Pendapatan wisata sebagai bagian dari jasa lingkungan

-            CSR, dapat berupa hibah/kemitraan

-            Conservation partnership

-            Pendanaan bilateral dan multilateral

 

Tantangan dari pendanaan berkelanjutan yaitu, konsistensi kebijakan dan peran para pihak, kejelasan lembaga pengelola/penanggung jawab, membangun program berjangka, memiliki jejak rekam akuntabilitas dalam pengelolaan keuangan (lap audit, dll), dan memiliki jaringan untuk bertukar informasi khususnya terkait kemungkinan sumber, pendanaan.

 

Pemodelan dan Aplikasi Spasial untuk Pengelolaan Satwa Liar yang Efektif

Prinsip dasar pemodelan spasial terdiri atas inductive dan deductive.

Pengelolaan satwa liar:

1.                  Menentukan nilai biologis

2.                  Menentukan ancaman dan kesempatan

3.                  Menentukan batasan Perlindungan

4.                  Identifikasi dan menentukan kawasan prioritas

 

RE - Hutan Harapan untuk Keberlangsungan Satwa Liar

Layanan ekosistem dan peran hutan harapan yaitu: hutan hujan dataran rendah Sumatra yang            tersisa, pencegahan banjir dan penyangga wilayah di Muba-Sumsel Hulu S. Musi, memberikan layanan ekosistem yang           penting bagi lanskap yang lebih luas, tempat pendidikan lingkungan anak sekolah dan generasi muda, mengelola Hutan Harapan sebagai lanskap produktif kerja sama masyaraakt lokal dan     pihak relevan.

Hutan harapan merupakan salah satu dari 34 titik panas keanekaragaman hayati global. Terdapat 13 spesies sangat terancam punah dari 31 spesies terancam pubah berdasarkan daftar merah IUCN,12 spesies Appendix I, dan 64 spesies Appendix II pada daftar CITES. Memiliki 1.931 spesies keanekaragaman hayati yang sangat kaya, terdiri dari 1.311 spesies flora dan 620 spesies fauna. Dari 1.311 spesies flora, sebanyak 43 spesies endemik Sumatera dan 10 spesies  dilindungi. Habitat penting bagi 620 spesies fauna, mulai dari mamalia, burung, reptil, amfibi hingga ikan. Dari jumlah yang spektakuler ini 105 spesies berada di Daftar Merah IUCN termasuk 29 harimau sumatera dan 8 gajah.

1.    Kegiatan Restorasi hutan

Lebih dari 5.000 hektar atau berjumlah 4 juta bibit yang ditanam. perlindungan zoologi menggunakan kamera trap dan botani dibuatkan herbarium dan fenologi. Abiotic diperhatikan iklim, hidrologi, dan data tanah. Sosial-ekonomi dilakukan penilaian masa jabatan, survei mata percaharian, SIA, dan survei KK ekonomi. Di bidang ekologi dilakukan inventarisasi hutan, plot dem, dan potensi survei.

2.    Memperkuat kebijakan restorasi ekosistemdi KLHK

Bentuk kegiatan yaitu Inventarisasi Hutan Berkala (IHBRE), rencana kerja usaha (10 tahun), rencana kerja tahunan (1 tahun), phpl- monev, multi usaha, teknis restorasi berdasarkan degradasi: berat: penanaman, sedang: pengamanan dan pengayaaan ringat: suksesi alam/penagaman kawasan. Penggunaan alat untuk pemantauan waktu nyata menggunakan sistem CT- SMART (pemantauan waktu nyata), patroli rutin dan terpadu, penjaga komunitas, tatabatas partisipatif: temu gelang, mobilisasi tim karhutla dan desentralisasi peralatan, MPAH, dan reklaim areal karhutla 4.4 34 ha

·           Tren deforestasi menurun sejak 2018

·           Berhasil meng-calim/restore sekitar 5.000 hektar sejak 2019

3.    Hutan Kemitraan Skema

12 Kelompok menandatangani NKK (4 Batin Sembilan, 4 Melayu, dan 4 Migran), 130 ha agroforestri yang dikembangkan dengan model berbasis karet, memfasilitasi kesehatan dan pendidikan dasar, pengembangan ekonomi-akses pasar, MOU ditindaklanjuti dengan pengembangan agfroforestry, program pengemb masyarakat.

4.      Ringkasan Model Bisnis

5.      Hutan harapan dan pelepasliaran satwa

6.      Pemantauan spesies kunci

7.      Pemantauan keanekaragaman hayati

·           Pemantauan Tutupan Hutan

·           Pemantauan regenerasi area pasca kebakaran

·           Menilai pendekatan untuk rehabilitasi sempadan sungai

·           Pemantauan Gajah Sumatera

·           Pemantauan Harimau Sumatera

·           Memantau Ungko

·           Pemantauan Burung Rangkong

·           Pemantauan Burung berkicau

·           Pemantauan Aliran Sungai

·           Pemantauan Curah Hujan

Pemanfaatan teknologi untuk pemantauan keanekaragaman hayati terdiri dari GPS; 3 unit untuk pemantauan pergerakan gajah, GPS Audiomoth, perangkap kamera; Harimau dan satwa mangsanya, Bioakustik-Audiomoth; Burung dan satwa yang terekam lainnya, Perangkap Kamera Penjaga: memantau pembalakan liar, Drone: Pemantauan udara, pelacak cyber smart.

Tantangan penyelamatan kehati dan habitatnya di hutan harapan yaitu hutan dataran rendah semakin sedikit, hutan harapan semakin terancam, kegiatan illegal masih marak seperti: pendudukan lahan untuk pertanian oleh masyarakat pendatang, penebangan liar dan penambangan ilegal, dan karhutla, perburuan untuk perdagangan satwa liar, integrasi teknologi untuk pemantauan keanekaragaman hayati, standar pelepasliaran satwa dan profesionalisme.

 

Sumber: Belantara Learning Series Eps. 4

Komentar